4.5.13

PRAKTIK KONSUMSI DALAM ISLAM


Praktik konsumsi di sini dimaksudkan agar manusia mensyukuri nikmat Allah yang begitu melimpah, bagaimana prosesnya mulai dari barang mentah (raw material) sampai barang jadi (immaterial). Dari proses inilah, manusia akan tahu dan bisa mengambil hikmah bahwa suatu barang yang kita konsumsi butuh banyak tangan untuk mengolahnya sehingga kita tinggal menerima jadinya. Itulah cara Allah  melibatkan banyak pihak melalui sifat Rahman-Rahim-Nya sehingga para pekerja begitu semangat mengolahnya yang pada ujungnya, kita juga bisa menikmatinya. Subahnallah.
Ambil contoh jenis makanan pokok orang Indonesia (beras), bagaimana Allah melibatkan banyak pihak, awan berkolaborasi dengan angin untuk mengantarkan air hujan keseluruh penjuru bumi. Itupun Allah mengatur sedemikian rupa sehingga ada pergantian musim (musim dingin dan panas). Kalaupun tidak ada hujan, Allah memerintahkan gunung untuk mem-back up air-air untuk di saving sehingga mengalirlah air itu berangsur-angsur kesawah-sawah yang dibutuhkan.
Itu semua masih butuh serapan energy ultraviolet melalui sinar matahari (untuk menghangatkan, mematangkan, dan mengeraskan) dan sinar bulan (untuk pembasahan).
Mahasuci Allah SAW, sungguh seluruh ciptaan-Nya tidaklah sia-sia dan permainan belaka.
رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَمَا خَلَقْنَا السَّمَوَاتِ وَالْاَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا لَاعِبِيْنَ
Oleh karena itu, makanan pokok kita (beras) tidak akan sempurna kecuali melibatkan air, udara, matahari, rembulan, dan bintang, serta cakrawala yang digerak-gerakkan oleh para Malaikat langit dan seterusnya yang kesemuanya itu adalah ciptaan Allah.
Belum lagi prosesnya, kadang bahkan kita tidak tahu siapa yang memeroduksinya. Kita hanyalah menerima barang jadi. Bahkan mereka berjauhan dan tidak saling mengenal dengan kita. Tapi itulah cara Allah melunakkan hati mereka para pedagang dengan menguasakan kepada mereka hasrat cinta harta dan ingin mendapatkan keuntungan yang banyak, pada hal hasil yang mereka kumpulkan belum tentu menjamin dirinya, bisa jadi dicuri, kena banjir, atau mereka meninggal disalah satu daerah. Perhatikan bagaimana Allah menguasai hati mereka.
(الغزالي : إحياء علوم الدين/ جز 4/ ص 115)